Data kini dianggap sebagai “minyak baru”. Namun, semakin besar perannya, semakin besar pula risikonya. Dunia menghadapi krisis keamanan data global.
Raksasa teknologi menguasai miliaran data pribadi. Dari kebiasaan belanja hingga preferensi politik, semua tersimpan dalam server mereka.
Kasus kebocoran besar, seperti Cambridge Analytica, menunjukkan betapa rawannya penyalahgunaan data.
Negara-negara maju memperketat regulasi. Uni Eropa dengan GDPR menjadi contoh, sementara AS dan Asia mulai mengikuti.
Namun, banyak negara berkembang masih lemah dalam perlindungan data. Warganya paling rentan jadi korban eksploitasi digital.
Kesimpulannya, siapa yang mengendalikan data hari ini akan mengendalikan dunia esok. Pertarungan data adalah pertarungan kekuatan global abad ke-21.
