Baterai Sodium-Ion (Na-Ion) dan Alternatif Murah Litium

Baterai Sodium-Ion (Na-Ion) dan Alternatif Murah Litium

Beijing – Ketika harga Litium dan risiko rantai pasoknya menjadi perhatian utama, industri EV sedang mencari alternatif. Baterai Sodium-Ion (Na-Ion) telah muncul sebagai alternatif yang menjanjikan, murah, dan berkelanjutan untuk aplikasi di mana kepadatan energi yang ekstrem tidak menjadi prioritas utama.

Baterai Na-Ion menggunakan natrium (sodium), mineral yang jauh lebih melimpah dan didistribusikan secara merata di seluruh dunia (misalnya, dari air laut dan garam batu), menggantikan Litium yang terfokus secara geografis. Keunggulan utamanya adalah biaya bahan baku yang jauh lebih rendah dan kemudahan manufaktur; baterai Na-Ion dapat diproduksi di lini produksi Litium-Ion yang sudah ada dengan modifikasi minimal.

Meskipun saat ini kepadatan energi Na-Ion lebih rendah daripada Litium-Ion, teknologinya berkembang pesat. Mereka unggul dalam kinerja suhu dingin dan dapat diisi daya hingga 100% tanpa risiko signifikan, menjadikannya sangat cocok untuk kendaraan listrik entry-level, penyimpanan energi stasioner (grid storage), dan skuter listrik. Untuk EV perkotaan di mana jangkauan harian yang dibutuhkan kurang dari 300 km, baterai Na-Ion menawarkan solusi yang sangat hemat biaya.

Penggunaan Na-Ion akan membantu mendiversifikasi rantai pasok baterai global, mengurangi tekanan permintaan pada Litium, Nikel, dan Kobalt. Ini adalah strategi yang mendukung keberlanjutan jangka panjang sektor elektrifikasi dengan mengurangi ketergantungan pada mineral kritis yang mahal dan langka.

Meskipun masih di tahap awal komersialisasi, Sodium-Ion diposisikan untuk menjadi solusi dual-track bersama Litium-Ion. Litium akan mempertahankan dominasinya di segmen premium performa tinggi dan jarak jauh, sementara Sodium-Ion akan mendorong elektrifikasi massal dan membantu menciptakan sistem energi terbarukan yang lebih stabil melalui penyimpanan energi murah.