Seattle – Kolaborasi antara operator jaringan seluler tradisional dan perusahaan konstelasi satelit Low Earth Orbit (LEO) (seperti SpaceX Starlink dan Amazon Kuiper) sedang mengarah pada teknologi baru yang revolusioner: Komunikasi Satellite-to-Phone (Sat-to-Phone). Teknologi ini bertujuan untuk menghilangkan zona mati koneksi seluler di seluruh dunia, memungkinkan smartphone standar untuk mengirim teks atau bahkan data dasar dari lokasi terpencil mana pun.
Saat ini, layanan satelit (satellite phone) memerlukan hardware khusus yang mahal dan antena yang besar. Namun, Sat-to-Phone menggunakan frekuensi pita spektrum seluler yang ada untuk memungkinkan transmisi langsung dari satelit LEO ke smartphone konsumen yang tidak dimodifikasi. Ini dicapai melalui satelit LEO generasi baru yang jauh lebih kuat dan memiliki kemampuan phased-array antenna yang canggih.
Dampak terbesar teknologi ini adalah pada keselamatan publik dan coverage pedesaan. Sat-to-Phone pertama-tama akan fokus pada layanan pesan darurat di area terpencil di mana bencana alam atau krisis terjadi di luar jangkauan menara seluler. Ini akan memastikan bahwa coverage jaringan kritis bersifat universal, tanpa memandang lokasi geografis.
Secara komersial, Sat-to-Phone memungkinkan operator seluler untuk secara drastis memperluas coverage mereka tanpa harus membangun menara seluler yang mahal di daerah yang jarang penduduknya, seperti lautan atau hutan belantara. Ini menjanjikan kesetaraan digital yang lebih besar bagi komunitas pedesaan dan off-grid.
Tantangan teknis utama adalah latensi (keterlambatan) dan kapasitas. Meskipun satelit LEO mengurangi latensi dibandingkan satelit geostasioner, mereka hanya dapat menyediakan bandwidth terbatas per pengguna. Untuk saat ini, layanan ini akan fokus pada teks dan pesan voice berprioritas rendah, bukan streaming video. Sat-to-Phone menandai dimulainya integrasi infrastruktur telekomunikasi ruang angkasa dan darat, yang pada akhirnya akan membuat konsep lost signal menjadi usang.

